Syiahpedia.id – Doa Kumail (bahasa Arab: دعاء كميل) adalah doa yang diriwayatkan Kumail bin Ziyad Nakha’i dari Imam Ali as.
Doa ini memiliki makna yang sangat tinggi tentang pengenalan kepada Allah swt dan permohonan ampunan akan dosa-dosa. Allamah Majlisi meyakini Doa Kumail sebagai doa yang terbagus. Doa ini termasuk dari doa masyhur yang dibaca oleh orang-orang Syi’ah setiap malam pertengahan Sya’ban dan malam-malam Jum’at.
Kumail
Kumail bin Ziyad bin Nahik Nakha’i berasal dari kabilah Nakha’, ia termasuk sebagai Tabi’in dan sahabat Rasulullah saw dan sahabat khusus Imam Ali as dan Imam Husain as. Dia menghabiskan umurnya selama 18 tahun dimasa Rasulullah saw. Ia tergolong sebagai orang-orang Syi’ah yang berbaiat kepada Imam Ali as diawal kekhilafahannya dan ikut serta dalam peperangan-peperangannya seperti perang Shiffin. Ia diyakini sebagai sahabat rahasia Amirul Mukminin as.
Kumail termasuk dari 10 orang yang diasingkankan ke Syam pada zaman Utsman . [1] Kumail terbunuh pada tahun 82 H/701 atas perintah Hajjaj bin Yusuf Tsaqafi. [2] Karena Kumail meriwayatkan doa ini dari Imam Ali as maka doa ini dikenal dengan Doa Kumail.
Sanad Doa
Referensi Doa Kumail adalah kitab Mishbāh al-Mutahajjid [3] karya Syaikh Thusi. Ia memuat doa ini dengan nama Doa Nabi Khidir pada amalan-amalan bulan Sya’ban, dan mengatakan, “Diriwayatkan bahwa Kumail bin Ziyad Nakha’i melihat Amirul Mukminin as di malam pertengahan bulan Sya’ban dalam keadaan sujud dan membaca doa ini”, kemudian ia menukil doa Kumail yang terkenal ini. Sayid Ibnu Thawus dalam kitab Iqbāl al-A’māl [4], Allamah Majlisi dalam kitab Zād Al-Ma’ād [5] dan Kaf’ami [6] memuat doa ini pada amalan-amalan pertengahan bulan Sya’ban. Syaikh Abbas al-Qummi juga memuat doa Kumail dalam Mafātih al-Jinān [7] yang dinukilnya dari Misbāh al-Mutahajjid. Allamah Majlisi [8] memperkenalkan Doa Kumail sebagai doa yang terbaik.
Kandungan
Doa Kumail berisi kandungan-kandungan tinggi mengenai pengenalan kepada Allah swt dan permohonan ampunan dosa-dosa.
Imam Ali as memulai doa ini dengan nama Allah swt, kemudian pada beberapa penggalannya, ia bersumpah kepada Allah swt dengan rahmat, kekuatan, keperkasaan, kemuliaan, keagungan, kekuasaan, asma’, ilmu dan cahaya wajah-Nya. kemudian beliau menyeru Allah swt dengan: «یا نُورُ یا قُدُّوسُ یا أَوَّلَ الْأَوَّلِینَ وَ یا آخِرَ الْآخِرِینَ»; “Wahai Cahaya, Wahai Zat Yang Mahasuci,Wahai Yang Awal dari segala yang awal , Wahai Yang Akhir dari segala yang akhir”, dan mengingat-ingat efek-efek dan akibat-akibat perbuatan manusia, lalu meminta ampunan kepada-Nya.
Pada penggalan berikutnya, Imam as mendekatkan diri kepada Allah swt dengan berzikir kepada-Nya, menjadikan Allah swt sebagai pemberi syafaatnya, memohon kepada-Nya supaya didekatkan kepada haribaan-Nya, diajarkan kepadanya bagaimana cara bersyukur, dan diberikan ilham untuk berzikir kepada-Nya. Beliau memohon kerendahan dan kekhusyuan hati kepada-Nya dan mengekpresikan rasa rindunya yang amat dalam kepada-Nya dengan beberapa untaian kalimat.
Kemudian beliau mengisyaratkan kepada perintah Allah swt yang meliputi semua alam semesta dan dengan beberapa ungkapan memperkenalkan Allah swt sebagai Dzat Yang Maha Pemaaf dan Penutup kesalahan.
Pada penggalan lain, dengan bahasa pujian, beliau menjelaskan bahwa Allah swt penutup segala cela, penolak segala bencana dan penjaga segala ketergelinciran dan menyampaikan ketidakberhakan hamba. Juga beliau menunjuk kelemahan, kekurangan, keburukan kondisi, beratnya bencana dan ujian, kesalahan, kegagalan dll…., berikut mengeluhkan semua itu kepada Allah swt dan memohon bantuan dari kemurahan dan kedermawanan-Nya supaya membenahi semuanya dan dengan bertawasul kepada kemulian Allah swt, beliau menyampaikan berbagai keinginan dan menunjukkan kehinaan jiwa dan indahnya rayuan setan. Dengan menunjuk kepada anugerah-Nya yang azali ia menyatakan bahwa Allah swt tidak akan membakar orang-orang yang bertauhid dan menyembah kepada-Nya dengan api neraka.
Kemudian beliau mencoba membandingkan bencana-bencana dunia dengan siksa akhirat, seraya berkata: “Tuhanku! Sekiranya aku dapat bersabar menanggung siksa-Mu, mana mungkin aku mampu bersabar berpisah dengan-Mu?”. Lalu dengan harapan bisa menjadi hamba yang beriman menunjuk rahmat Allah swt, seraya berkata: “Apakah sama antara orang mukmin dan kafir?”, dan di akhir doa, dengan memanggil Allah swt melalui sifat-sifat-Nya, beliau memohon kepada-Nya supaya hajat-hajatnya dikabulkan.
Pahala Membaca
Sayid Ibnu Thawus didalam kitab Iqbāl al-A’māl [9] setelah menukil pernyataan Syaikh Thusi dalam kitab Mishbāh al-Mutahajjid, menukil riwayat lain dimana Kumail bin Ziyad berkata: Suatu hari aku duduk di masjid Basrah bersama maulaku, Imam Ali as dan sejumlah sahabat-sahabat beliau turut hadir juga. Beliau ditanya tentang arti ayat ini:« فِیهَا یفْرَقُ کلُّ أَمْرٍ حَکیمٍ »; “Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” [10]? Imam as menjawab: “malam itu adalah pertengahan bulan Sya’ban”. Demi Dzat yang jiwanya Ali berada di tangan kekuasaan-Nya, tiada seorang hamba pun kecuali dicatat semua kebaikan dan keburukannya selama setahun pada pertengahan Sya’ban. Setiap hamba yang menghidupkan malam itu dengan beribadah dan membaca doa nabi Khidir niscaya doanya akan dikabulkan.
Kumail berkata: “Ketika Imam as kembali ke rumahnya, pada malam hari aku menjumpainya. Beliau bertanya: untuk apa kamu datang? belajar doa nabi Khidir, jawabku. Beliau berkata: “Hai Kumail! Kalau kamu menghafal doa ini maka bacalah setiap malam Jumat atau setiap bulan atau sekali dalam setahun atau minimal sekali dalam sepanjang umur agar supaya urusan-urusanmu tercukupi. Semoga Allah swt menolongmu dengan melimpahruahkan rizkimu dan tidak menghalangimu dari ampunan-Nya. Hai Kumail, masa kebersamaanmu denganku menjadi sebab untukku dalam membanggakanmu dengan anugerah dan kemulian seperti ini. Hai Kumail tulislah: «اَللَّهُمَّ إِنِّی أَسْأَلُك بِرَحْمَتِك الَّتِی وَسِعَتْ كلَّ شَیءٍ »
Hukum Fikih
Orang yang junub atau haid jika membaca Doa Kumail maka lebih hati-hati dan lebih baik jika tidak membaca ayat « أَفَمَن کانَ مُؤْمِنًا کمَن کانَ فَاسِقًا لَّا یسْتَوُونَ »; “Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik? Mereka tidak sama” [11] yang menjadi bagian darinya, sebab ia termasuk bagian dari Surah Al-Sajdah [12]. Namun sebagian Fukaha mengharamkan pembacaan ayat ini bagi orang haid dan junub. [13]
Waktu
Sesuai pernyataan Sayid Ibnu Thawus dalam kitab Iqbal al-A’mal [14] maka waktu pembacaan Doa Kumail adalah pertengahan Sya’ban dan malam Jum’at. Dan di Iran sudah menjadi tradisi bahwa orang-orang Syi’ah membaca bersama-sama doa ini pada malam pertengahan Sya’ban dan malam-malam Jum’at di tempat-tempat religi.
Catatan kaki
Tinggalkan Balasan