Samarra (bahasa Arab: سامراء) adalah salah satu kota ziarah para pecinta Ahlulbait di Irak. Samarra terletak diantara Tikrit dan Baghdad. Kota ini terkenal karena keberadaan dua makam suci yaitu Imam Ali al-Naqi as dan Imam Hasan Askari as dan tempat lahirnya Imam Mahdi afs.
Sebab Dinamakan Samarra
Yaqut Hamawi menyebutkan kota Samarra dibangun oleh Sam bin Nuh, Nama Samarra diambil dari kata Sam Rah artinya jalan yang dilewati Sam putra Nabi Nuh as. [1]Sementara oleh Ibnu Bathuthah berpendapat bahwa nama Samarra diambil dari kata “Sam Ra” artinya kota yang dibangun untuk Sam. [2] Sementara pendapat lain menyebutkan nama sebelumnya adalah Syam Rah, yang artinya jalur Irak menuju Syam, namun disebut Sumara oleh orang-orang Romawi kuno yang kemudian berubah menjadi Samarra. [3]
Menurut catatan sejarah, Samarra pernah berada dibawah kekuasaan Dinasti Sasani (Kerajaan Iran) yang mewajibkan penduduk Samarra untuk menyetor pajak kepada raja Iran. Faktor ini pula yang menurut sebagain Sejarawan menjadi penyebab nama kota Samarra, yaitu berasal dari kata Sa’marah yang artinya tempat berlangsungnya transaksi keuangan (pembayaran pajak). [4]
Sebagian lainnya berpendapat, Samarra sudah ada di zaman sebelum periode Islam dan dibangun pada masa Dinasti Sasania. [5]
Nama lain kota Samarra diantaranya Sāmarrāh, Sāmarrah, Sarā, Surra man Ra’a, Sururu man Rāa, Askar dan Tirhan. [6]
Letak Geografis
Kota Samarra terletak di arah timur sungai Dajlah dan dibagian utara dari kota Baghdad. Kota ini adalah ibu kota Provinsi Salahuddin yang berjarak sekitar 124 Km dari kota Baghdad. Samarra berbatasan dengan Kurkuk dibagian timur, dibagian utara dengan Nainawa, dibagian barat dengan provinsi al-Anbar dan dibagian selatan berbatasan dengan Baghdad.
Sejarah Singkat
Pada tahun 221 H/836 di masa kekuasaan Mu’tasham Abbasi putera Harun Abbasi, ibu kota Kekhalifaan dipindahkan dari Baghdad ke Samarra dan berlangsung sampai tahun 276 H/889. Alasan dipindahkannya ibu kota adalah keberadaan pasukan militer Turki dalam jumlah yang sangat besar yang diminta sendiri oleh Mu’tasham untuk menjaga keamanan kekuasaannya. Namun karena kota Baghdad sendiri tidak mampu menampung keseluruhan tentara Turki tersebut dan supaya masyarakat sendiri tidak terganggu, Mu’tasham memutuskan untuk memindahkan ibu kota pemerintahan ke Samarra. Dengan menjadi ibu kota, Samarra mengalami pembangunan yang pesat seperti pembangunan istana-istana, taman-taman, pasar-pasar, masjid-masjid dan bangunan-bangunan mewah lainnya. Hal tersebut berlangsung sampai pada kekuasaan Mu’tamad Abbasi yang berkuasa dari tahun 256 H/870 sampai 279 H/892. Pada tahun 276 H/889, Mu’tamad Abbasi memindahkan ibu kota pemerintahan kembali ke Baghdad. [7]
Kehadiran Dua Imam Syiah
Mutawakkil pada tahun 233 H/847 memutuskan untuk memindahkan Imam Hadi as dari Madinah ke Samarra. Alasannya, kekhawatiran Mutawakkil akan kehadiran Imam Hadi as di Madinah yang menurut laporan sangat dicintai dan ditaati oleh penduduk Madinah. [8]
Mutawakkil memeritahkan agar Imam Hadi as meninggalkan Madinah dan menetap di Baghdad untuk kemudian dipindahkan ke Samarra. Imam Hadi as menetap di Samarra selama 20 tahun 9 bulan sampai menemukan kesyahidannya dibawah rezim Mu’taz dan dimakamkan di kota itu juga. [9]
Imam Hasan Askari as juga bersama ayahnya pada tahun 233 H/847 ke Samarra dan menghabiskan usianya di kota tersebut. [10]
Imam Hasan Askari menderita sakit pada tanggal 1 Rabiul Awwal tahun 260 H/874 dan pada hari kedelapan pada bulan yang sama dalam usia yang ke 28 tahun meninggal dunia dan dimakamkan di rumah ayahnya. [11] Thabrisi (w. 548 H/1153) menulis: “Mayoritas sahabat kami (yaitu ulama Syiah) meyakini penyebab wafatnya Imam Askari karena diracun.” [12]
Hauzah Ilmiah Samarra
Pada bulan Sya’ban tahun 1290 H/1873, Mirza Syirazi salah seorang ulama marja’ taklid Syiah hijrah ke Samarra dan mendirikan Hauzah Ilmiah di kota tersebut. Tidak sedikit ulama besar Syiah yang lahir dari didikan hauzah tersebut diantaranya Sayid Hasan Sadr, Sayid Muhsin Amin, Muhammad Jawad Balaghi dan Agha Buzurgh Tehrani. Fatwa pengharaman tembakau dikeluarkan Mirza Syirazi saat berada di kota Samarra.
Migrasinya Umat Islam Syiah dari Samarra
Pasca meninggalnya Mirza Syirazi pada tahun 1312 H/1894, warga Syiah sedikit demi sedikit meninggalkan kota Samarra dan memilih menetap di kota-kota mayoritas Syiah lainnya khususnya di bagian selatan kota Irak seperti di Karbala maupun di kota suci Najaf. Dengan migrasinya penduduk Samarra yang Syiah, dengan sendirinya kota Samarra beralih menjadi sebuah kota yang dihuni mayoritas warga Sunni Irak. Dimasa kekuasaan rezim Saddam Husain, hampir bisa dikatakan tidak ada lagi warga Syiah yang menetap di Samarra.
Kekhalifaan Abbasiyah di Samarra
Lebih dari separuh abad kota Samarra menjadi ibu kota kekhalifaan Abbasiyah, diantara mereka yang menjadi khalifah selama kurun tersebut diantaranya:
Peninggalan Sejarah Samarra
Tempat-tempat Ziarah di Samarra
Makam Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as adalah tempat ziarah terpenting yang berada di kota Samarra.
Haram Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as telah dua kali mengalami pengrusakan oleh kelompok teroris. Yang pertama terjadi pada tanggal 21 Februari 2005, dan serangan nyang kedua terjadi 2 tahun setelahnya pada 12 Juni 2007. Pada kasus pengrusakan yang pertama, teroris meledakkan bom dengan daya ledak lebih dari 200 Kg TNT. Ledakan dasyhat tersebut menyebabkan kubah mengalami rusak berat dan merusak sebagian besar dinding Haram. Pada kasus pengrusakan kedua, dua menara dengan kubah kecil yang terbuat dari emas mengalami kerusakan berat. Pasca terjadi pengrusakan, kubah Haram kembali direnovasi dan mengalami perbaikan oleh para ahli.
Ruang bawah tanah atau seriang disebut dengan gudang kegaiban, adalah rumah kediaman Imam Hasan Askari as yang berada di bawah tanah. Sampai sekarang ruang bawah tanah tersebut masih ada dan terletak dibagian utara barat Haram Askariyin di kota Samarra. Disebutkan ruang bawah tanah tersebut adalah selain sebagai kediaman juga dijadikan tempat ibadah oleh Imam Hadi as dan Imam Hasan Askari as. Menurut kesaksian, Imam Mahdi afs sering tampak terlihat di tempat tersebut baik ketika ayahnya masih hidup maupun pasca kesyahidan ayahnya. Oleh penduduk setempat, tempat tersebut dinilai sebagai tempat yang muqaddas atau suci.
Makam Tokoh-tokoh di Samarra
Catatan Kaki
Tinggalkan Balasan