Ibrahim Amini Najafabadi (bahasa Arab:إبراهيم أميني نجف آبادي) (1304-1399 HS/1925-2020) seorang ruhaniawan Syiah, berperan aktif dalam revolusi Islam Iran, wakil ketua Majlis Khubrigan (lembaga tertinggi pemimpin revolusi Iran ), anggota Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, anggota Majma’ Tasykhish Mashlate Nizham (lembaga penentu kelayakan konstitusi), imam jumat Qom, imam jamaah masjid A’zham di Qom dan termasuk murid Ayatullah Burujerdi, Imam Khomaini dan Allamah Thabathabai.
Pembentukan satu kelompok dengan tujuan mereformasi Hauzah Ilmiah Qom dan penerapan hukum-hukum politik pada tahun 1341 HS/1962 M, penanda tanganan surat pengumuman kemarjaan Imam Khomaini dan pemberian motivasi kepada masyarakat untuk mengadakan unjuk rasa demi kebebasan Imam Khomaini termasuk diantara aktifitas-aktifititas politisnya sebelum revolusi. Paska revolusi, Amini sebagai wakil Imam Khomaini pergi ke beberapa kota Iran untuk menyelesaikan problematika masyarakat, dan menjadi anggota Dewan Peninjau Konstitusi Iran.
Amini menulis beberapa karya dalam berbagai tema. Sebagian dari karya-karyanya seperti buku Farhangge Eslami va Ta’limāte Dini dan buku Dadgustare Jahan termasuk dari sumber mata pelajaran sekolah pendidikan Iran dan Hauzah Ilmiah Qom. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dan kejanggalan-kejanggalan seputar agama termasuk dari perhatian-perhatiannya paska revolusi. Buku-buku akhlak seperti Khudsasi (penyucian dan pembersihan jiwa), Javan va Hansarguzini (pemuda dan memilih jodoh) dan Hamsardari (pernikahan) termasuk dari karya-karya tulisnya.
Biografi dan Pendidikan
Ibrahim Amini Najafabadi lahir tahun 1304 HS/1925 M di Najafabad dan ditinggal mati ayahnya pada usia 6 tahun.[1] Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Najafabad, pada tahun 1321 HS/1942 M ia masuk Hauzah Ilmiah Qom, dan setelah tiga bulan tinggal di sana, meskipun ia suka belajar di Hauzah Qom, namun karena problem ekonomi, ia memilih Hauzah Ilmiah Isfahan untuk melanjutkan pendidikannya.[2] Dia menyelesaikan pelajaran-pelajaran tingkat dasarnya di Madrasah Nuriah, Madrasah Kasehgaran dan Madrasah Jaddeh Buzurg di Isfahan selama enam tahun, dan selama ini ia termasuk murid dari Mirza Ali Agha Syirazi.[3]
Untuk menyempurnakan pelajaran Hauzah, ia pada tahun 1326 HS/1947 M masuk kota Qom.[4] Dia termasuk dari murid Ayatullah Golpaigani, Ayatullah Mar’asyi Najafi, Imam Khomaini, Allamah Thabathabai dan Haji Agha Rahim Arbab, dan mengikuti pelajaran akhlak Imam Khomaini dan Agha Husain Qummi.[5] Ibrahim Amini termasuk dari dua belas orang yang paska meninggalnya Ayatullah Hakim menandatangani surat pengumuman kemarjaan Imam Khomaini.[6]
Wafat
Amini meninggal dunia pada 5 Urdibehesht 1399 HS/24 April 2020 M bertepatan dengan 30 Sya’ban di kota Qom,[7] dan pada 7 Urdibehest Ayatullah Nuri Hamedani salah satu marja’ Taklid mensolati jenazahnya, kemudian dikuburkan di Haram Sayidah Maksumah sa.[8] Karena menyebarnya virus corona dan menjaga anjuran protokol kesehatan, maka seremoni pengiringan jenazah dan penguburannya tidak diselenggarakan secara umum.[9]
Aktifitas-Aktifitas Ilmiah dan Budaya
Ibrahim Amini mengajarkan kitab-kitab fikih, ushul, filsafat dan teologi, dan ikut serta dalam seminar-seminar ilmiah dan budaya di berbagai negara, diantaranya: Ingris, Prancis, Cina, Jepang.[10]
Dari tahun 1377 HS/1998 M Amini menjadi imam salat jama’ah masjid A’zham Qom untuk salat magrib dan isya.[11] Seusai salat, ia mendengarkan pembicaraan-pembicaraan masyarakat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.[12]
Paska revolusi Islam, Amini lebih menfokuskan kebanyakan aktifitasnya untuk menjawab kejanggalan-kejanggalan dan masalah-masalah kekinian.[13] Menurut keyakinannya, paska revolusi Islam, sekian banyak dari kalangan guru dan akademisi menyukai pandangan-pandangan Islam mengenai berbagai masalah. Mengingat bahwa para ruhaniawan sibuk dengan aktifitas belajar dan mengajar, maka ia bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan ini.[14]
Karya-Karya
Dari Ibarhim Amini telah terbit dan dicetak 34 jilid buku dalam berbagai tema Islami.[15] Dia meyakini motivasi penulisan buku-bukunya adalah kebutuhan masyarakat dan tidakadanya buku-buku yang layak mengenai tema tersebut.[16] Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, termasuk Fatimah Az-Zahra, Wanita Teladan Sepanjang Masa, Hijrah menunju ALLAH, Fatimah Az-Zahra, Wanita Teladan Sepanjang Masa, Semua Perlu Tahu, Agar tak Salah Mendidik, Kiat Memilih Jodoh Menurut Alquran dan Sunnah, Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami-Istri, Risalah Tasawuf:Kitab Suci Para Pesuluk.
Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, termasuk Fatimah Az-Zahra, Wanita Teladan Sepanjang Masa, Hijrah menunju ALLAH, Fatimah Az-Zahra, Wanita Teladan Sepanjang Masa, Semua Perlu Tahu, Agar tak Salah Mendidik, Kiat Memilih Jodoh Menurut Alquran dan Sunnah, Bimbingan Islam untuk Kehidupan Suami-Istri, Risalah Tasawuf:Kitab Suci Para Pesuluk.
Aktifitas-Aktifitas Politik
Ayatullah Amini termasuk tokoh politik Republik Islam Iran. Dia pernah menjadi wakil ketua Khubrigan Rahbari (lembaga tertinggi pemimpin revolusi Iran), ketua sekretariat Khubrigan dan imam jumat Qom.[17] Sebagian aktifitas politis Ibrahim Amini diperankan sebelum Revolusi Islami dan sebagian lagi paska Revolusi.
Sebelum Revolusi
Amini Najafabadi termasuk dari para pejuang sebelum terjadi revolusi, dan bersama dengan orang-orang yang satu pemikiran dengannya seperti Ayatullah Quddusi, Rabbani Syirazi, Mishbah Yazdi, Sayid Ali Khamenei dan Hasyimi Rafsanjani membentuk sebuah lembaga pada tahun 1341 HS/1962 M yang dikemudian hari dapat membentuk titik Pusat Jamiah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom.[18] Salah satu tujuan pembentukan pusat ini ialah mereformasi Hauzah Ilmiah, melakukan amar makruf, mencegah kemungkaran dan menjalankan hukum-hukum politik. Demikian juga, lembaga ini menerbitkan majalah Bi’tsat dan Intiqam.[19]
Dalam peristiwa ditangkapnya Imam Khomaini, Ibrahim Amini adalah satu diantara para ulama yang pergi dari Qom ke Tehran untuk mengajukan protes demi kebebasan Imam Khomaini.[20] Dia juga memiliki andil dalam menyiapkan informasi-informasi dan memotivasi masyarakat untuk mengadakan unjuk rasa.[21] Dalam buku kenangannya, ia menyinggung beberapa kejadian tahun 1342 HS/1963 M hingga masa revolusi.[22] Diantara kenangan-kenangan ini adalah: peristiwa Faidhiyah, penangkapan Imam Khomaini, peristiwa 15 Khordad dan kenangan-kenangan tahun 1341 HS/1962 M sampai masa kemenangan revolusi.[23]
Paska Revolusi
Amini Najafabadi setelah revolusi Islam Iran menjadi anggota Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qom, anggota Dewan Pengawas Universitas Imam Shadiq as, anggota Majlis Khubrigan (lembaga tertinggi pemimpin revolusi) dan Lembaga Penentu Kelayakan Konstitusi. Dia juga menjadi anggota Dewan Syura Peninjau konstitusi, dan pada masa awal-awal revolusi ia pergi ke kota-kota Nahavand, Hormozgan, Mazandaran, Hamedan dan Malayer sebagai perwakilan Imam Khomaini.[24] Pada tahun 1357 HS/1978 M ia ditugaskan oleh Imam Khomaini untuk pergi ke Turkanam Shahra dan menyelesaikan perselisihan diantara masyarakat dan kaum elit yang diwujudkan oleh kelompok munafiqin.[25] Keanggotaan dalam Syura Tinggi Lembaga Internasional Ahlul bait, imam jumat di kota Qom termasuk dari jabatan-jabatan lainnya.[26]
Catatan Kaki
Tinggalkan Balasan