Raj’ah (bahasa Arab:الرجعة) adalah kepercayaan khusus orang Syiah. Raj’ah bermakna hidupnya kembali sekelompok manusia yang sudah meninggal dan kembalinya mereka ke dunia di masa kemunculan Imam Mahdi as. Dalilnya adalah ayat-ayat Alquran dan berbagai riwayat. para ulama syiah meyakini bahwa Raj’ah terjadi sezaman dengan kemunculan Imam Mahdi as. Tetapi mereka berbeda pandangan tentang bagaimana Raj’ah itu terjadi dan perinciannya.
Raj’ah secara Leksikal
Kata Raj’ah adalah mashdar dari ra-ja-‘a yang secara leksikal berarti kembali. [1] Dalam Alquran dan riwayat terdapat lafaz-lafaz yang beragam tentang pokok akidah ini seperti: karrah, radd dan hasyr. Namun lafaz raj’ah lebih populer. Raj’ah adalah mashdar marrah yang berarti sekali kembali. [2] Fayumi berkata: Raj’ah dengan fathah ‘ain bermakna kembali dan seseorang yang mempercayai adanya raj’ah maka ia percaya akan kembalinya manusia ke dunia. [3]
Raj’ah secara Teknikal
Raj’ah secara teknikal berarti bahwa Allah swt akan menghidupkan kembali sebagian kaum Syiah sebelum munculnya Imam Mahdi as guna menolong Imam Mahdi as dan juga untuk menyaksikan terbentuknya pemerintahan Imam Zaman as. Demikian juga, sebagian dari musuh Imam Zaman as akan dibangkitkan kembali sehingga mereka akan merasakan sebagian azab di dunia dan mengakui kekuatan dan kekuasaan Imam Mahdi as. [4]
Raj’ah dalam Keyakinan Syiah
Keyakinan raj’ah adalah salah satu akidah yang sangat penting bagi Syiah. Sayid Murtadha, seorang ulama dan teolog Syiah terkait dengan hal ini berkata: Syiah Imamiyyah berkeyakinan bahwa Allah swt akan membangkitkan sekelompok dari kaum Mukminin pada zaman kemunculan Imam Zaman as sehingga mereka akan merasakan munculnya pemerintahan yang hak dan mereka akan menolong Imam Mahdi as. Demikian juga Allah swt akan membangkitkan sekelompok dari musuh-musuhnya sehingga Imam Mahdi as dan penolongnya dapat membalas dendam kepada mereka. Allamah Thabathabai dalam Tafsir al-Mizan berkata: Firkah-firkah selain Syiah, yaitu kebanyakan kaum Muslimin meskipun meyakini hadis Raj’ah secara mutawatir dari Nabi Muhammad saw akan kemunculan Imam Mahdi dan para penolongnya, namun mereka mengingkari masalah raj’ah dan menganggap bahwa raj’ah adalah ajaran yang diyakini oleh kaum Syiah. [5]
Latar Belakang Raj’ah dalam Firkah-Firkah Syiah
Sebagian laporan menyebutkan bahwa sekelompok masyarakat Irak berkeyakinan bahwa tidak lama setelah kesyahidan Imam Ali as, mereka meyakini bahwa Imam Ali as akan kembali ke dunia, sebelum terjadinya hari Kiamat. [6] Demikian juga setelah meninggalnya Muhammad Hanafiyah, [7] syahadah Imam Kadzim[8] dan Imam Hasan Askari[9] sebagian firkah-firkah Syiah juga meyakini akan Raj’ah dan kembalinya mereka ke dunia.
Raj’ah dalam Agama-agama lain
Dalam Taurat juga diisyaratkan tentang raj’ah misalnya dalam kitab Yehezkiel yang menjelaskan tentang dihidupkannya kembali bani Israel dan pemerintahan Nabi Daud as di akhir zaman. [10] Nabi Daniel juga berkata: Pada akhir zaman sangat banyak dari mereka yang dikubur di tanah akan dibangkitkan kembali. [11] Dalam Taurat juga dijelaskan mengenai dihidupkannya kembali orang-orang baik dan tentang kekuasaan Nabi Isa as pada masa akhir zaman sebelum Kiamat. [12]
Validitas Riwayat Raj’ah
Allamah Majlisi dalam Bihar al-Anwar menuliskan tentang lebih dari 160 ayat Alquran dan berkata: Bagi seseorang yang memiliki keyakinan terhadap perkataan para Imam as, maka ia tidak akan meragukan tentang masalah raj’ah karena riwayat mengenai hal ini berasal dari para Imam as dan mencapai derajat mutawatir. Periwayatannya disampaikan secara gamblang hingga mencapai hampir 200 riwayat. Lebih dari 40 ulama dan muhaddits terkemuka menuliskan riwayat-riwayat mengenai Raj’ah yang dihimpun lebih dari 50 kitab seperti Syeikh Shaduq, Kulaini, Thusi, Alamul Huda, Najasyi, Kasysyi, Karahi, Nu’mani, Safar Qumi, Ibnu Quluyah, Ibnu Thawus, Thabarsi, Ibnu Syahr Asyub dan Rawandi. [13] Penulis Tafsir al-Mizan meyakini bahwa riwayat-riwayat ini mencapai derajat mutawatir makna, sehingga meskipun jika seandainya riwayat ini berubah, maka hal itu tidak akan mengurangi derajat kemutawatirannya. [14]
Di samping itu, dalam berbagai teks ziarah dan doa-doa terdapat keyakinan terhadap raj’ah, misalnya dalam Ziarah Jami’ah Kabirah, ziarah al-Warits, Ziarah al-Arbain, Ziarah Al Yasin, Ziarah Rajabiyah dan Doa Perpisahan Bulan Ramadhan serta dalam doa ‘Ahad. [15]
Catatan: Meskipun Syiah mempercayai Raj’ah, namun jika ada orang yang mengingkari Raj’ah, tidak serta merta membuat ia menjadi kafir karena Raj’ah adalah kemestian dan ajaran penting dalam madzhab Syiah, bukan kemestian ajaran yang harus diyakini dalam Islam, sebagaimana yang ada dalam riwayat bahwa iman terhadap Raj’ah adalah syarat menuju keimanan sempurna dan meraih Islam secara hakiki.[16]
Orang-orang yang akan dibangkitkan
Dalam sebagian riwayat disebutkan nama-nama orang yang akan dibangkitkan: Dari golongan Nabi adalah Nabi Daniel as, Nabi Yusya’, Nabi Isa, Nabi Khidir dan Nabi Muhammad saw. Dan juga para Imam as dan sebagian dari sahabat-sahabat mereka: Salman, Miqdad, Jabir bin Abdullah Anshari, Malik Asytar, Mufadhal bin Umar, Hamran bin Ain, Maisar bin Abdul Aziz dan Ashab al-Kahfi. [17]
Dalil-dalil Alquran Tentang Raj’ah
Menurut para mufasir dan teolog Syiah, ayat-ayat Alquran yang mengabarkan tentang raj’ah dapat dibagi menjadi dua golongan: Bagian pertama: Ayat-ayat yang secara gamblang menyinggung masalah raj’ah. Ayat-ayat ini digunakan dalam riwayat-riwayat para Imam as untuk membuktikan adanya raj’ah. [18]
Ayat-ayat tersebut meliputi:
﴾وَ یوْمَ نَحْشُرُ مِنْ کلِّ أُمَّةٍ فَوْجاً مِمَّنْ یکذِّبُ بِآیاتِنا فَهُمْ یوزَعُون﴿
“Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu Kami tahan mereka sehingga yang lain bergabung dengan mereka.” (Qs. Al-Naml [27]: 83)
﴾قالُوا رَبَّنا أَمَتَّنَا اثْنَتَینِ وَ أَحْییتَنَا اثْنَتَینِ فَاعْتَرَفْنا بِذُنُوبِنا فَهَلْ إِلی خُرُوجٍ مِنْ سَبیلٍ﴿
“Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” (Qs. Al-Ghafir [40]: 11)
Kelompok kedua: Ayat-ayat yang menunjukkan adanya kemungkinan raj’ah. Ayat-ayat ini mengisyaratkan akan dihidupkannya kembali sebagian orang-orang di dunia, dimana ayat-ayat ini disamping membuktikan adanya raj’ah juga menjadi bukti akan adanya hari kiamat. [19]
Ayat-ayat itu meliputi:
﴾أَوْ كَالَّذي مَرَّ عَلى قَرْيَةٍ وَ هِيَ خاوِيَةٌ عَلى عُرُوشِها… فَأَماتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ… وَ انْظُرْ إِلَى الْعِظامِ كَيْفَ نُنْشِزُها ثُمَّ نَكْسُوها لَحْماً…﴿
“Ataukah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya? Ia berkata, “Bagaimana mungkin Allah akan menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” …….Dan lihatlah keledaimu (yang telah hancur menjadi tulang-belulang). Kami akan menjadikanmu sebagai tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu bagaimana Kami menyusunnya kembali, lalu Kami membalutnya dengan daging.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 259)
﴾وَ إِذْ قالَ إِبْراهيمُ رَبِّ أَرِني كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتى قالَ أَ وَ لَمْ تُؤْمِنْ قالَ بَلى وَ لكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبي قالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءاً ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتينَكَ سَعْياً وَ اعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزيزٌ حَكيم﴿
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhan-ku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah engkau?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, akan tetapi supaya hatiku tetap mantap.” Allah berfirman, “Ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah. Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari bagian-bagian daging burung itu, lalu panggillah mereka, niscaya burung-burung itu akan datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 260)
﴾لَبِثُوا في كَهْفِهِمْ ثَلاثَ مِائَةٍ سِنينَ وَ ازْدَادُوا تِسْعاً﴿
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Qs al-Kahfi [18]: 25.
﴾ثُمَّ بَعَثْناكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ﴿
“Setelah itu, Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati supaya kamu bersyukur.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 62)
﴾وَ إِذْ قَتَلْتُمْ نَفْساً فَادَّارَأْتُمْ فيها وَ اللَّهُ مُخْرِجٌ ما كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ * فَقُلْنا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِها كَذلِكَ يُحْيِ اللَّهُ الْمَوْتى وَ يُريكُمْ آياتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴿
“Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia, lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah akan menyingkap apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, “Pukullah jenazah itu dengan sebagian anggota (tubuh) sapi betina itu (niscaya ia akan bangun dari kematiannya dan memberitahukan siapa pembunuh yang sebenarnya)!” Demikianlah, Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu berpikir.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 72-73)
﴾أَ لَمْ تَرَ إِلَى الَّذينَ خَرَجُوا مِنْ دِيارِهِمْ وَ هُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْياهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَ لكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ﴿
“Apakah engkau tidak melihat (baca: mendapatkan berita tentang) orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka berjumlah ribuan orang karena takut mati? Lalu, Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu!” Kemudian Allah menghidupkan mereka (supaya kisah hidup mereka menjadi pelajaran bagi generasi mendatang). Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan mereka enggan bersyukur.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 243)
﴾ وَ رَسُولاً إِلى بَني إِسْرائيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فيهِ فَيَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِ اللَّهِ …﴿
“Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Isra’il (yang berkata kepada mereka), “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan-mu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah seperti bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah…” (Qs. Ali Imran [3]: 49)
﴾إِذْ قالَ اللَّهُ يا عيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتي عَلَيْكَ وَ عَلى والِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَ كَهْلاً وَ إِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ التَّوْراةَ وَ الْإِنْجيلَ وَ إِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْني فَتَنْفُخُ فيها فَتَكُونُ طَيْراً بِإِذْني….﴿
“(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) ketika Aku mengajarmu kitab, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku….” (Qs. Al-Maidah [5]: 110)
Dalil-dalil Riwayat
Sangat banyak riwayat-riwayat yang menjelaskan mengenai Raj’ah, misalnya Nabi Muhammad saw menjelaskan sebuah kandungan hadis yang maksudnya adalah: Aku bersumpah demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian, wahai Kaum Muslimin akan menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada umat-umat terdahulu, dan segala sesuatu yang terjadi pada masa umat terdahulu akan terjadi pula pada umat ini bahkan kalian tidak akan mampu menghilangkannya meskipun adat-adat itu adalah adat-adat bani Israel yang kalian abaikan.[20] Berdasarkan riwayat ini, kejadian-kejadian yang terjadi pada umat-umat terdahulu juga akan terjadi pada umat zaman sekarang dan salah satu kejadian itu adalah peristiwa Raj’ah dan hidupnya kembali orang-orang yang sudah meninggal di mana hal ini sesuai dengan yang telah diisyaratkan oleh ayat-ayat Alquran. Oleh karena itu, maka peristiwa raj’ah akan terjadi pula pada umat Islam. Imam Shadiq as dalam sebuah hadis bersabda bahwa raj’ah adalah syarat-syarat keimanan. [21] Demikian juga Imam Baqir as dan Imam Shadiq as dalam tafsir “ayamullah” menjelaskan: Ayamullah adalah hari qiyam-nya Imam Mahdi as dan hari raj’ah adalah hari Kiamat. [22] Imam Ridha as bersabda: Salah satu akidah penting adalah percaya terhadap raj’ah dan hal itu sejalan dengan tauhid, kenabian, imamah[[, mikraj dan pertanyaan-pertanyaan di alam kubur. [23] Demikian juga dalam riwayat disebutkan bahwa Makmun Abbas bertanya kepada Imam Ridha as: Wahai Abal Hasan, bagaimana pendapat Anda mengenai Raj’ah? Imam Ridha as menjawab: Raj’ah adalah benar dan telah terjadi pada umat-umat terdahulu. Alquran menjelaskan tentang hal ini dan Nabi Muhammad saw pun bersabda: Kemudian akan datang pula apa-apa yang terjadi pada masa umat-umat terdahulu, tidak kurang dan tidak lebih dan bersabda ketika Mahdi, yang merupakan putra-ku muncul, maka Nabi Isa as juga akan turun dari langit dan salat dibelakang Mahdi as. Makmun kembali bertanya bagaimana akhirnya? Imam Ridha as bersabda: Hak akan kembali kepada pemiliknya. [24]
Karya-karya tentang Raj’ah
Dengan memperhatikan pentingnya raj’ah dalam ajaran akidahSyiah, para ulama dan ahli hadits Syiah semenjak dahulu telah menuliskan kitab dalam kitab-kitab Rijal dan Fehrest. [25] Agha Buzurg Tehrani mengenalkan 30 kitab dalam pembahasan ini. [26] Kitab-kitab terpenting itu diantaranya adalah:
Al-Raj’ah karya Mirza Muhammad Mukmin bin Dust Muhammad Husiani Ester Abadi (Syahid di Mekah pada tahun 1088 H/1677), riset: Fars Haaun Karim, cet. 2, Qum, Anwar al-Husan, 1417. Dalam kitab ini, setelah muqadimah singkat dibahas mengenai perlunya menjadikan Imam sebagai bahan rujukan dalam semua urusan dan mendengar perkataan mereka yang dihimpun dalam lebih dari 100 riwayat.
Al-Iqādh min al-Haj’ah ala al-Raj’ah karya Syaikh Muhammad bin Hasan Hurr Amili (1104 H/1693). Di dalam kitab ini yang ditulis pada tahun 1075 H/1664, lebih dari 170 riwayat, puluhan ayat dan dalil-dalil al-Quran dituliskan untuk membuktikan adanya raj’ah.
Raj’ah, karya Muhammad Baqir Majlisi (111 H/729). Kitab ini ditulis dalam bahasa Persia. Kitab ini membahas mengenai 14 riwayat mengenai hal-hal yang menjadi penyebab akan kemunculan Imam Mahdi as dan pembahasan dengan tema raj’ah. Patut diketahui bahwa Allamah Majlisi dalam kitab Bihar al-Anwar menjelaskan riwayat secara mendetail dan ia menukilkan kira-kira sekitar 200 riwayat mengenai raj’ah.[27]
Al-Syiah wa al-Raj’ah: Kitab yang bersifat keilmuan, sejarah, adab, akhlak, sastra, dan disertai pembahasan mengenai raj’ah. Kitab ini adalah karya Muhammad Ridha Najafi (1405 H/1985), cet. 1, Najaf al-Asyraf, al-Mathbu’ah al-Haidariyyah, 1375 H/1956. Kitab yang ditulis pada tahun 1375 H/1956, setelah dibuka dengan mukadimah dan beberapa bab, menjelaskan mengenai raj’ah, doa-doa, ziarah tentang kesepakatan fuqaha dan kata-kata ulama. Pada bab pertama kitab ini membahas penafsiran dan pena’wilan sebanyak 174 ayat yang berkaitan dengan raj’ah disertai dengan riwayat yang terkait dengannya.
Pada tahun-tahun terakhir, terdapat pula kitab-kitab dalam tema raj’ah juga seperti:
Raj’at yā daulat Karimeh Khāndān Wahy as, Muhammad Khadami Syirazi, Ali Akbar Mahdi Pur, cet. Ke-2, Qum, Muallif, 1411 H.
Raj’ah az Didgāh ‘Aql, Quran, Hadits, Hasan Tharami, cet. 9, Qum Daftar Initsyarat Islami, 1383.
Raj’ah ya Bāzgast be Jahān, Muhammad Ridha Dhamiri, cet. 1, Tehran, Mau’ud, 1378.
Bāzgasyt be Dunyā dar Pāyān Tārikh, Khuda Murad Sulaiman, cet. 1, Qum, Bustan Kitab, 1384.
Al-Raj’ah au al-Audah ila al-Hayāt al-Dunyā ba’da al-Mauta, cet. 1, Qum, Markaz al-Risalah, 1418 H. [28]
Catatan Kaki
Tinggalkan Balasan