Syiahpedia
MENU

Mustahab

Kategori: Fikih

Mustahab (bahasa Arab:المستحب) bermakna sesuatu yang dengannya seseorang menjadi disenangi. Dalam istilah fikih, ia digunakan untuk perbuatan-perbuatan yang pelaksanaannya lebih baik dari pada peninggalannya, meskipun pelaksanaanya itu tidak wajib. Salat malam, salat-salat nafilah dalam sehari semalam, puasa-puasa mustahab, doa khususnya doa-doa ma’tsur, salawat dan amalan-amalan lain yang disunnahkan disebut mustahab.

Arti Kata Mustahab

Secara leksikal, Istihbab adalah masdar bab istif’al berasal dari kata ha-ba-ba bermakna mencintai dan menerima sesuatu. Penggunaan kata ini menurut Alquran dan hadis-hadis para Imam Maksum adalah makna leksikalnya. [1] Menurut istilah fukaha, mustahab adalah tindakan yang memiliki hukum syar’i istihbab dan melaksanakannya adalah lebih baik dan pada saat yang sama, meninggalkannya juga tidak ada masalah. [2]

Lafadz-lafadz Sinonim

Kata-kata seperti nadb, nafl, sunnah, tathawwu’ juga memiliki arti yang sama dengan istihbab. [3]

Pentingnya Pembahasan mengenai Istihbab

Dalam pembahasan fikih, pada kebanyakan bab-babnya, Istihbab digunakan untuk nama salah satu hukum dari hukum-hukum yang lima. Dalam pembahasan Ushul Fiqih dikaji pada pembahasan awamir (perintah-perintah), dhidd (lawan) dan mukaddimah wajib.

Jenis-jenis Mustahab

Tindakan mustahab memiliki beberapa jenis, diantara yang terpenting adalah:

Mustahab Nafsi atau mustahab dzati: Adalah amalan mustahab yang kemustahabannya karena amalan itu sendiri bukan karena perbuatan lain, seperti salat-salat dan puasa-puasa mustahab seperti puasa pada idul Ghadir

Mustahab Ghairi: Adalah amalan mustahab yang kemustahabannya bukan karena dirinya sendiri namun karena amalan lain ia menjadi mustahab, misalnya mandi untuk pergi ziarah.

Mustahab Aini: Amalan-amalan yang kemustahabannya tetap bagi setiap orang dan meskipun orang lain telah mengamalkan amalan tersebut, namun seseorang tetap dianjurkan untuk melakukan amalan mustahab tersebut seperti salat-salat nafilah atau puasa-puasa mustahab

Mustabab Kifayah: Amalan yang jika orang lain telah mengerjakannya, maka orang lain tidak lagi mustahab untuk melakukan amalan tersebut, seperti adzan [4]

Mustahab Muakkad: Amalan yang ditekankan oleh syara’ untuk mengerjakannya seperti mandi hari Jumat [5]

Hukum-hukum Fikih berkaitan dengan Mustahab

Tidak mengerjakan hal-hal yang dianjurkan dan meninggalkannya menurut sebagian fukaha adalah makruh [6] meskipun menurut pendapat masyhur tidak melakukan hal-hal mustahab tidaklah makruh. [7]

Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sebagai mukadimah mustahab, berdasarkan pendapat sebagian fukaha adalah mustahab [8] seperti menyediakan air untuk berwudhu dimana wudhunya itu adalah wudhu yang mustahab atau menyediakan air untuk mandi Jum’at

Memutus amalan ibadah mustahab setelah memulainya adalah makruh, khususnya salat mustahab dan membatalkan puasa mustahab setelah waktu dhuhur.

Menurut pendapat masyhur fukaha tidak menyelesaikan sebagian amalan mustahab hukumnya haram. contohnya, jika seseorang memulai haji dan umrah, maka ia wajib menyelesaikannya. Begitu juga dalam i’tikaf,jika pelaku i’tikaf (mu’takif) berpuasa pada dua hari pertama, maka ia wajib berpuasa pada hari ketiga dan wajib menyelesaikan i’tikafnya serta haram memutusnya.[9]

Amalan-Amalan Mustahab Utama

Salat-salat Mustahab

Dari sisi bahwa salat adalah amalan ibadah yang paling indah dan paling sempurna, disamping terdapat salat wajib ada pula salat-salat mustahab yang bisa dilakukan oleh orang-orang yang ingin melakukannya, oleh karena itu sangat sedikit dari ajaran agama yang tidak ada salat khususnya. Dalam Mafatih al-Jinan dibahas mengenai salat-salat mustahab ini. Sebagian dari salat-salat mustahab terpenting dalam sehari semalam adalah: salat malam, salat Ja’far ath-Thayyar, salat Istisqa, salat Idul Fitri dan Kurban dan salat awal bulan (Hijriyah).

Puasa-puasa Mustahab

Berpuasa pada seluruh hari-hari selama satu tahun adalah mustahab selain hari-hari yang dinyatakan haram dan makruh melakukan puasa di dalamnya. Tentu saja berpuasa pada hari-hari tertentu lebih dianjurkan, diantaranya:

Hari Kamis pertama dan terakhir setiap bulan Hijriyah

Hari ke-13, 14 dan 15 bulan Hijriyah (Ayyamul Bidh)

Semua hari-hari pada bulan Rajab dan Sya’ban

Hari ke-4 hingga ke-9 Syawal

Hari ke-25 Dzulkaidah (Dahw al-Ardh) dan 29 Dzulkaidah

Hari pertama hingga ke-9 bulan Dzulhijjah (hari Arafah)

Hari Idul Ghadir 18 Dzulhijjah

Hari Mubahalah 24 Dzulhijjah

Hari pertama, ke-3 dan ke-7 bulan Muharam

Hari kelahiran Nabi Muhammad saw (17 Rabiul Awal)

Hari ke-15 Jumadil Awal

Hari Mab’ats Nabi Muhammad Saw 27 Rajab

Doa-doa Ma’tsur

Meskipun kita dapat memohon dengan setiap bahasa, namun doa-doa yang terdapat dalam kitab-kitab doa dengan bahasa para maksum memiliki pengaruh yang lebih banyak. Sebagian doa-doa ini adalah:

Doa Ihtijab

Doa I’tiqad

Doa Ummu Dawud

Doa Tawasul

Doa Jausyan Saghir

Doa Hariq

Doa Khatmi Alquran

Doa Thair Rumi

Doa ‘Abarat

Doa ‘Asyarat

Doa ‘Ahd

Doa Ghariq

Doa Mujir

Doa Masylul

Doa Makarim Akhlaq

Doa Nur

Doa Kumail

Doa Nudbah

Doa Jamiah Kabirah

Doa Asyura

Ziarah Warits

Amalan-amalan Mustahab yang lain

Amalan-amalan dan dzikir-dzikir mustahab lain yang dijelaskan dalam riwayat, diantaranya adalah:

Membaca Alquran

Melanggengkan wudhu

Membaca dzikir “Subhanallah”

Membaca dzikir “Alhamdulillah”

Membaca dzikir “La Ila ha Illa Llah”

Membaca dzikir “La Haula wa La Quwwata Illa billahil ‘Aliyyil ‘Adhim”

Bersedekah

Membaca ta’qib-ta’qib salat (doa-doa yang dibaca setelah salat)

Ziarah Haram Para Imam Maksum

Membaca sebagian ziarah-ziarah seperti Ziarah Asyura, Ziarah Aminullah

Catatan Kaki

  1. Farhang Fiqh, jld. 1, hlm. 397.
  2. Khui, Ajwad al-Taqrirāt, jld. 1, hlm. 143; Hakim, Ushul al-Fiqh al-Muqarin, jld. 1, hlm. 62.
  3. Farhang Fiqh, jld. 1, hlm. 396.
  4. Najafi, Jawāhir al-Kalām, jld. 9, hlm. 74.
  5. Hakim, Muhammad Taqi, Ushul al-Ammah lil Fiqh al-Muqāran, hlm. 63.
  6. Muhaqiq Hilli, Al-Mu’tabar, jld. 2, hlm. 257.
  7. Najafi, Jawahir al-Kalam, jld. 13, hlm. 266.
  8. Akhundi Khurasani, hlm. 128.
  9. Syahid Awwal, Al-Qawāid wa al-Fawāid, jld. 1, hlm. 99, Ka edah 39.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jadwal Salat Kota Jakarta

© 2024 Syiahpedia. All Rights Reserved.