Catatan Amal (lembaran catatan amal perbuatan) adalah sebuah kitab yang mencatat seluruh tindakan-tindakan baik dan buruk manusia dan akan diberikan kepadanya kelak di akhirat. Berdasarkan riwayat terdapat dua malaikat yang berada di bahu kanan dan kiri setiap manusia. Salah satu dari keduanya mencatat amal baik dan yang lainnya mencatat amal buruk. Berdasarkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an catatan amal orang-orang yang berbuat baik akan diterima dengan menggunakan tangan kanan dan mereka akan dimasukkan ke Surga sedangkan orang-orang yang gemar berbuat buruk akan menerima catatan amalnya dengan menggunakan tangan kiri atau akan menerima catatan amal melalui punggungnya dan akan dimasukkan ke Neraka Jahannam.
Definisi
Al-Qur’an menamakan catatan amal dengan kata-kata: kitab[1]; Thair[2], zabur [3][4] dan imam mubin [5] [6]. Berdasarkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an semua pekerjaan baik dan buruk, kecil dan besar yang dikerjakan oleh manusia selama di dunia akan dicatat di catatan amal dan akan diberikan kepada manusia pada hari kiamat kelak. [7] Dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa semua perkataan dan perbuatan, bahkan tiupan debu juga tertulis dalam catatan amal. [8] Terkait dengan hakikat catatan amalan terdapat beberapa pendapat:
Sebagian berpandangan bahwa catatan amal seperti sebuah catatan di dunia yaitu sebuah catatan untuk menuliskan amalan-amalan manusia selama di dunia yang akan diberikan kepada manusia ketika hari kiamat tiba.
Catatan amalan adalah ruh manusia yang akan tersimpan di sana dan tidak akan hilang
Yang dimaksud dengan catatan amalan adalah hasil atau akibat perbuatan manusia yang tersebar di sekitar kita dan akan diberikan pada hari kiamat kelak
Yang dimaksud adalah hasil atau akibat perbuatan manusia di dunia yang tersembunyi bagi manusia namun akan diperlihatkan secara gamblang oleh Allah swt. [9]
Cara Menerima Catatan Amal
Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an orang-orang yang berbuat baik akan menerima catatan amalan perbuatannya dengan menggunakan tangan kanan. Mereka akan kembali ke keluarganya dengan perasaan bahagia [10] dan akan berkata marilah kita baca catatan amalnya kemudian akan masuk surga. [11] Golongan manusia yang lain menerima catatan amal memakai tangan kiri dan berdasarkan beberapa riwayat ada yang mengabarkan tentang diterimanya catatan amalan dari belakang dan akan membuangnya ke jahannam. [12] Berdasarkan keterangan yang ada dalam surah Al-Haqqah sebagian manusia ketika menerima catatan amal berharap bahwa catatan amal itu akan musnah dan berkata bahwa “Sekiranya aku tidak melihat buku catatan amalanku”. [13] Dalam surah Al-Isra’ dikatakan kepada manusia supaya membaca kitab catatan amalnya. [14] Laporan amalan atas perbuatan manusia ini sangat teliti dan jelas sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengelak perbutan yang telah dilakukannya selama di dunia. [15]
Jenis-jenis Kitab Catatan Amal
Berdasarkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an, para mufasir berkeyakinan bahwa terdapat tiga jenis kitab cataan amal: [16]
Catatan amal khusus setiap orang yang mencakup catatan atas seluruh tindakan-tindakan baik dan buruk, baik kecil maupun besar [17]
Catatan amal khusus umat-umat yang mencatat semua amal umat tersebut. [18]
Catatan amal yang mencatat semua amal-amal seluruh manusia.[19] Sebagian mufasir berkeyakinan bahwa yang dimaksud dengan kitab catatan jenis ke tiga adalah lauhul mahfuz. [20]
Para Penulis Amal
Tulisan asli: Raqib dan Atid
Al-Qur’an menyebut malaikat pencatat amal dengan mutalaqiyan [21], raqib dan ‘atid [22] dan kiraman katibin. [23] Berdasarkan riwayat terdapat dua malaikat yang selalu mendampingi manusia. Salah satu diantara mereka berada di pundak kanan dan mencatat amal-amal baik. Sedangkan malaikat lain berada di pundak kiri dan siap mencatat amal-amal buruk. [24] Sebagian riwayat menyebutkan bahwa jumlah mereka adalah 4 malaikat dengan rincian bahwa dua malaikat mencatat amalan pada siang hari dan 2 malaikat mencatat amalan pada malam hari. [25] Dari sebagian riwayat yang lainnya menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan baik akan dicatat dengan cepat dan perbuatan-perbuatan buruk akan dicatat lebih lambat beberapa waktu dengan harapan ia akan bertaubat atau ia akan melakukan perbuatan baik sehingga pengaruh dari perbuatan buruknya akan hilang. [26] Dalam riwayat disebutkan salah satu dalil ditulisnya amal manusia adalah supaya manusia kelak di hari kiamat tidak bisa mengingkari perbuatan-perbuatan buruknya selama di dunia [27] disamping supaya manusia malu untuk melakukan perbuatan dosa karena adanya kehadiran malaikat. [28]
Catatan Kaki
1. Qs al-Jatsiyah: 28
2. Qs al-Kahfi: 49
3. Qs al-Qamar: 52
4. Qs al-Isra: 13
5. Qs Yasin: 12
6. Ridhai Isfahani, Mabāhits I’tiqādi, 1391 S, hlm. 283.
7. Ridhai Isfahani, Mabāhits I’tiqādi, 1391 S, hlm. 281.
8. Shaduq, I’tiqādāt, 1361 S, hlm. 80.
9. Rahmani, Hakikat wa Tathair wa Fashl al-Khitāb dar Dawari Ruz Hisab, hlm. 49-50.
10. Makarim Syirazi, 1386 S, Payām Qurān, jil 6, hlm. 87.
11. Qs al-Insyiqaq: 7-8.
12. Qs al-Haqah: 18-26.
13. Qs al-Insyiqaq: 10-15; Ma’ād Syenāsi, kumpulan penulis, 1387 S, 1387, hlm. 105.
14. Qs al-Isra: 14.
15. Qs al-Jatsiyah: 29; Qs al-Kahfi: 49.
16. Makarim Syirazi, 1386 S, Payām Qur’ān, jld.6, hlm. 87.
17. Qs al-Isra: 13, Qs al-Qaf: 17-18; Qs al-Kahfi: 49.
18. Qs al-Jatsiyah: 28.
19. Surah Yasin, 12
20. Thabathabai, al-Mizān, 1417, jld.20, hlm. 273 dan jld.17, hlm. 97.
21. Qs al-Qaf: 17.
22. Qs al-Qaf: 18.
23. Qs Infithar: 11.
24. Rustami dan Ali Buyah, Seiri dar Asrar Feresytegān, 1393 S, hlm. 121.
25. Thabathabai, al-Mizān, 1417, jld.20, hlm. 227 dan hlm. 227 dan jld.13, hlm. 246.
26. Shaduq, I’tiqādāt, 1361 S, hlm. 80.
27. Rustami dan Ali Buyah, Seiri dar Asrar Feresytegan, 1393 S, hlm. 121.
28. Makarim Syirazi, 1386 S, Payām Qur’ān, jld.60, hlm. 86.
Tinggalkan Balasan